Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia Mulai Ejaan Ophusyen Hingga EYD
MAKALAH
BAHASA INDONESIA
PERKEMBANGAN EJAAN BAHASA INDONESIA MULAI EJAAN OPHUSYEN HINGGA EYD
Dosen pembimbing : Drs. Hurmaini, M.Pd.
Oleh : Arif Ridiawan
N I M : TE 110551
JURUSAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDIN
JAMBI 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Swt, Rabb semesta alam. Tidak ada daya dan upaya selain dari Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan karunia Nya dalam mengarungi kehidupan ini.
Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman di manapun mereka berada.
Alhamdulillah dengan izin dan kehendak dari Nyalah, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami beri judul “Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia Mulai Ejaan Ophusyen Hingga EYD”. Dalam makalah dijelaskan tentang Menjelaskan pengertian ejaan, menjelaskan fungsi ejaan dalam bahasa Indonesia, menjelaskan bagaimana perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia. Dengan penjelasan dalam makalah ini diharapkan kepada para pembaca lebih memahami tentang pengertian ejaan, fungsi ejaan dalam bahasa Indonesia, perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan gambaran tentang materi yang harus selesaikan dan juga semua pihak yang turut membantu menyelesaikan makalah ini.
Terakhir, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini lebih sempurna pada masa yang akan datang.
Jambi, Januari 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Pembatasan Masalah
E. Metode Penulisan
F. Sistemtika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia
C. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan van Ophusyen
2. Ejaan Republik
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan Melindo
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
6. Ejaan yang Disempurnakan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 1990 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan telah berusia delapan belas tahun. Namun kurun waktu selama itu ternyata belum menjadi jaminan bahwa seluruh kaidah ejaan yang terdapat di dalam pedoman itu telah diterapkan dengan baik. Dalam beberapa hal kita memang dapat melihat perkembangan yang cukup menggembrikan. Paling tidak, jika dibandingkan dengan masa-masa awal pemberlakuannya, pemakaian ejaan pada saat ini jauh lebih meningkat. Sungguhpun demikian, kita juga masih sering menjumpai beberapa kekeliruan. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika para pemakai bahasa telah memahami penerapan kaidah ejaan itu dengan tepat.
Terlepas dari permasalahan tersebut, penyusunan makalah ini dilatarbelakangi oleh pentingnya ejaan itu sendiri di dalam pemakaian bahasa. Jika berbicara tentang ejaan, tentu ruang lingkup kita adalah ragam bahasa tulis. Dalam hal ini, sesuatu yang dapat kita lakukan dalam penggunaan bahasa secara lisan tidak selalu dapat kita realisasikan dalam ragam bahasa tulis. Penghentian sementara atau jeda, misalnya, tidak dapat diwujudkan di dalam ragam tulis. Oleh karena itu, kita memerlukan ejaan, khususnya tanda koma, sebagai pelambangnya. Walaupun tidak semua penghentian sementara harus dilambangkan dengan tanda koma, paling tidak penggunaan tanda koma itu dapat membantu memperjelas komunikasi yang disampaikan secara tertulis. Demikian pula halnya dengan tanda-tanda baca yang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Ejaan?
2. Apa fungsi ejaan dalam bahasa Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Menjelaskan arti dari Ejaan.
2. Menjelaskan fungsi ejaan dalam bahasa Indonesia.
3. Menjelaskan perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia.
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan Masalah dipaparkan dengan maksud untuk menghindari kesalahpahaman dan kekaburan pengertian serta memberikan gambaran mengenai ruang lingkup dalam penulisan, meliputi : Pengertian Ejaan, fungsi ejaan dalam bahasa Indonesia dan perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data dalam penulisan makalah ini berdasarkan pengumpulan data yang bersifat deskriptif kualitatif, maka data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis secara induktif, yaitu proses analisis dengan tekhik analisis fakta-fakta yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi, maksudnya, setelah mengumpulkan data yang berasal dari buku-buku referensi, kemudian dikumpulkan dan dirangkai sesuai dengan tujuan penulisan dan analisis untuk menarik kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pokok permsalahan, maka penulis menysun makalah ini dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Pembatasan Masalah
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia
C. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan van Ophusyen
2. Ejaan Republik
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan Melindo
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
6. Ejaan yang Disempurnakan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
Ejaan merupakan keseluruhan aturan atau tata cara tuntuk menulis suatu bahasa baik yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat, maupun penggunaan tanda baca. Ejaan bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang ini adalah menganut sistem tulisan fonemis. Yang dimaksud dengan sistem tulisan fonemis adalah bentuk suatu ejaan yang menginginkan serta berusaha untuk melambangkan sebuah fonem itu hanya dengan satu huruf saja. Namun demikian dalam kenyataan masih kita dapatkan satu huruf untuk melambangkan dengan dua huruf.
Adanya hal-hal tersebut yang ada dalam bahasa Indonesia, maka kita selalu berusaha untuk menyempurnakan ejaan-ejaan yang kita pakai. Ini tampak jelas dari perkembangan ejaan bahasa Indonesia yang pernah kita pakai, yaitu dari sebelum tahun 1947 maupun sesudah tahun 1972.
B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan, antara lain, berfungsi sebagai :
1. Landasan pembakuan tata bahasa.
2. Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Apabila pembakuan ejaan telah dalam dilaksanakan, pembakuan aspek kebahasaan yang lain pun dapat ditunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa yang bersangkutan telah menaati segala ketentuan yang terdapat di dalam buku pedoman.
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.
C. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan.
Adapun ejaan-ejaan yang pernah dipergunakan dalam bahasa Indonesia adalah :
1. Ejaan van Ophuysen
Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan van Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van Ophuysen yang dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Disebut dengan Ejaan Balai Pustakan karena pada waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu lembaga yang terkait dan berperan aktif serta cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :
a. Huruf y ditulis dengan j.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophusyen
|
Sayang
Yakin
Saya
|
Sajang
Jakin
Saja
|
b. Huruf u ditlus dengan oe
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophusyen
|
Umum
Sempurna
Surat
|
Oemoem
Sempoerna
soerat
|
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophusyen
|
Rakyat
Bapak
Makmur
|
Ra’yat
Bapa’
Ma’moer
|
d. Huruf j di tulis dengan dj.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophusyen
|
Jakarta
Raja
Jangan
|
Djakarta
Radja
Djangan
|
e. Huruf c ditulis dengan tj.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophusyen
|
Pacar
Cara
Curang
|
Patjar
Tjara
Tjurang
|
f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophusyen
| |
Khawatir
Akhir
Khazanah
|
Chawatir
Achir
Chazanah
|
2. Ejaan Republik
Ejaan Republik adalah merupakan hasil penyederhanaan dari pada Ejaan van Ophuysen. Ejaan Republik mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947. Pada waktu itu yang menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi, maka ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan juga dengan Ejaan Suwandi.
Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 dan yang menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus istilah.
Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini:
a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam Ejaan Republik.
b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan Republik.
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e. Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan Republik.
Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberi beberapa contoh.
Ejaan van Ophusyen
|
Ejaan Republik
|
Oemoer
Koeboer
Ma’loem
|
Umur
Kubur
Maklum
|
3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan Pembaharuan
|
Santai
Gulai
Harimau
Kalau
Amboi
|
Santay
Gulay
Harimaw
Kalaw
amboy
|
4. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), merupakan suatu hasil perumusan ejaan Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini diawali dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia yang kedua pada tahun 1945, di Medan, Sumatera Utara. Bentuk rumusan Ejaan Melindo adalah merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo ini belum sempat dipergunakan, karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara kita Republik Indonesia dengan pihak Malaysia.
Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru. Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu diganti dengan ts dan ń.
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19 september 1967.
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain :
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.
Misalnya :
EYD
|
Ejaan Baru
|
Remaja
Jalan
Perjaka
|
Remadja
Djalan
Perdjaka
|
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi j
Misalnya:
EYD
|
Ejaan Baru
|
Cakap
Baca
Cipta
|
Tjakap
Batja
Tjipta
|
c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny
Misalnya:
EYD
|
Ejaan Baru
|
Sunyi
Nyala
Bunyi
|
Sunji
Njala
Bunji
|
d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy
Misalnya:
EYD
|
Ejaan Baru
|
Syarat
Isyarat
Syukur
|
Sjarat
Isjarat
Sjukur
|
e. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh
Misalnya:
EYD
|
Ejaan Baru
|
Takhta
Makhluk
Ikhlas
|
Tachta
Machluk
Ichlas
|
6. Ejaan Yang Disempurnakan
Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
a. Perubahan Huruf
Ejaan Lama
|
EYD
|
Djika
Tjakap
Njata
Sjarat
Achir
Supaja
|
Jika
Cakap
Nyata
Syarat
Akhir
Supaya
|
b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
Misalnya:
Khilaf
Fisik
Valuta
Universitas
Zakat
khazanah
c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata Furqan, dan xenon.
d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- ditulis sering kali dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di- sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Awalan
|
Kata Depan
|
Dicuci
Dibelikan
Dicium
Dilatar belakangi
|
Di kantor
Di sekolah
Di samping
Di tanah
|
e. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan:
Misalnya:
Anak-anak, bukan anak2
Bermain-main, bukan bermain2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
1) Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
2) Penulisan kata.
3) Penulisan tanda baca.
4) Penulisan singkatan dan akronim.
5) Penulisan angka dan lambang bilangan.
6) Penulisan unsur serapan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana atar hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tangda baca.
Beberapa fungsi ejaan di dalam bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Landasan pembakuan tata bahasa.
2. Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan.
Adapun ejaan-ejaan yang pernah dipergunakan dalam bahasa Indonesia adalah :
1. Ejaan van Ophusyen
2. Ejaan Republik
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan Melindo
5. Ejaan Baru (EjaanLBK)
6. Ejaan yang Disempurnakan
B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari kesempuraan. Saran kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah sehingga akan lebih bernanfaat kontibusinya bagi hazanah keilmuan. Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
Uti Darmawati,dkk: 2010. Buku Panduan Pendidik Bahasa Indonesia Kelas XII. Klaten. PT Intan Pariwara.
Endah Tri Priyatni,dkk: 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia KELAS XII. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Mustakim:1992. Tanya Jawab Bahasa Indonnesia Untuk Umum. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Chaer Abdul: 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Muslich Masnur:2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara
Waridah Ernawati: 2010. EYD Dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan.Jakarta. Kawan Pustaka.
Arifin.E Zaenal: 1988. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta. Mediyatama Sarana Perkasa.
Soetarman. Bharoto:1988. Sari Tatabahasa Indonesia. Surabaya. INDAH.
thanks atas ilmunya,,,
ReplyDeleteure welcome, semoga bermanfaat
Deletekontennya rapi dan keren min (y)
ReplyDeletethanks semoga bermanfaat
DeleteMakasi bg
ReplyDelete