SASARAN PENDIDIKAN ISLAM
Selamat berkunjung kembali di blog Ruang Tanpa Batas, kali ini saya akan membagikan Contoh Makalah Sasaran Pendidikan Islam, jika ada kesalahan dalam penulisian, mohon saran dan mari kita sama-sama diskusikan di kolom komentar. Selamat membaca..
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam
kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian,
dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah
pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam
rangka memajukan kehidupan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat.
Menurut keyakinan kita, sejarah
pembentukan masyarakat dimulai dari keluarga Adam dan Hawa sebagi unit terkecil
dari masyarakat di muka bumi ini. Dalam keluarga tersebut telah dimulai proses
kependidikan umat manusia, meskipun dalam ruang lingkup terbatas sesuai dengan
kebutuhan hidupnya.
Dasar minimal usaha mempertahankan hidup
manusia terletak pada tiga orientasi hubungan manusia, yaitu:
1.
Hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Maha Pencipta sekalian alam.
2.
Hubungan dengan
sesama manusia.
3.
Hubungan dengan
alam sekitar, terdiri berbagai unsur kehidupan, seperti tumbuh-tumbuhan,
binatang, dan kekuatan alamiah yang ada.
Dari prinsip hubungan inilah, kemudian manusia
mengembangkan proses pertumbuhan kebudayaannya. Proses inilah yang akan
mendorong manusia ke arah kemajuan hidup sejalan dengan tuntutan zaman. Untuk
sampai kepada kebutuhan tersebut diperlukan satu pendidikan yang dapat
mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa, dan karsa
masyarakat beserta anggota-anggotanya.
Dengan demikian antara pendidikan dan
masyarakat terus berkompetisi untuk maju. Itulah salah satu ciri dari
masyarakat yang dinamis dengan pendidikan sebagai salah satu tumpuan kemajuan
perkembangan hidupnya.
Pendidikan
Islam berusaha merealisasikan misi agama Islam dalam tiap pribadi manusia,
yaitu “menjadikan manusia sejahtera dan
bahagia dalam cita Islam”. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam surah Ali
Imran ayat 190-191:
190. Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Dengan demikian jelas, bahwa Islam
menyuruh manusia melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, berdasarkan
pandangan bahwa anak sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang ke arah
kedewasaan, memiliki kemampuan dasar yang dinamis dan tanggap terhadap pengaruh
dari luar dirinya, sehingga dalam proses pendidikan tidak perlu terjadi sikap
otoriter, karena perbuatan demikian berlawanan dengan fitrah Allah, yaitu
kemampuan dasar menusia yang bisa berkembang sejalan dengan faktor-faktor yang
memepengaruhinya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan permasalahan sebagai
berikut:
1.
Apa yang di
maksud dengan Ilmu Pendidikan Islam
a.
Secara Bahasa,
dan
b.
Istilah
2.
Apa yang menjadi
pokok sasaran dalam pendidikan Islam?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
Menjelaskan apa
yang dimaksud dengan pendidikan Islam.
a.
Secara Bahasa,
dan
b.
Istilah
2.
Menyebutkan
beberapa hal yang menjadi sasaran dalam pendidikan Islam.
D.
Sistematika Penulisan
Untuk
mempermudah pokok permsalahan, maka penulis menysun makalah ini dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D.
Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Islam
1.
Pengertian Bahasa
2.
Pengertian
Istilah
B.
Sasaran Dalam Pendidikan Islam
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Islam
1.
Pengertian Bahasa
Pengertian pendidikan dari segi bahasa,
maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran itu diturunkan dalam
bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa
Arabnya adalah “tarbiyah”, dengan
kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “
‘allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “Pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya
adalah “Tarbiyah Islamiyah”.
2.
Pengertian Istilah
Pengertian pendidikan seperti yang lazim
dipahami sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang
dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah,
menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi
motivasi dan menciptaan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide
pembetukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian
sekarang. Dengan demikian, secara umum dapat kita katakan bahwa Pendidikan Islam itu adalah pembentukan
kepribadian muslim.
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa
muslim yang bertaqwa secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan
dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Pendidikan secara teoretis mengandung
pengertian “memberi makan” (opveoding) kepada jia anak didik
sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia.
Bila ingin di arahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam maka harus
berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun
melalui sistem kurikuler.
Bila pendidikan Islam kita artikan sebagai
proses, maka diperlukan adanya sistem dan sasaran atau tujuan yang hendak
dicapai dengan proses melalui sistem tertentu. Hal ini karena proses pendidikan
tanpa sasaran dan tujuan yang jelas berarti suatu oportunisme, ayang akan menghilangkannilai hakiki pendidikan.
Bila
pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang bisa
menghasilkan manusia berbudaya tinggi maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggunng
jawab. Usaha kependidikan bagi manusia
menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.
Untuk tujuan itulah, manusia harus dididik
melalui proses pendidikan Islam. Berdasarkan pandangan di atas, pendidikan islami berarti sistem
pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadiannya.
Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan
pendidikan Islam harus mampu hidup di
dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam.
Dengan demikian pengertian pendidikan
Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan
yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.
B.
Sasaran Pendidikan Islam
Sasaran pendidikan berbeda-beda menurut
panadangan hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya perlu dirumuskan
pandangan hidup Islam yang mengarahkan sasaran pendidikan Islam.
Oleh karena itu, bila manusia yang
berpredikat muslim, benar-benar akan menjadi penganut agama yang baik, menaati
ajaran Islam dan menjaga agar rahmat
Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajarannya sesuai iman dan akidah islamiah.
Salah satu aspek penting dan
mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan
merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling
tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta
dengan pertimbangan prinsip prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan
pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu satunya untuk membentuk
manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli
pendidikan, tujuan pendidikan pada hakekatnya merupakan rumusan-rumusan dari
berbagai harapan ataupun keinginan manusia.[1]
Maka dari itu berdasarkan
definisinya, Rupert C. Lodge dalam philosophy of education menyatakan
bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman.
Sehingga dengan kata lain, kehidupan adalah pendidikan dan pendidikan adalah
kehidupan itu. Sedangkan Joe Pack merumuskan pendidikan sebagai “the art or
process of imparting or acquiring knomledge and habit through instructional as
study”. Dalam definisi ini tekanan kegiatan pendidikan diletakkan pada
pengajaran (instruction), sedangkan segi kepribadian yang dibina adalah aspek
kognitif dan kebiasaan. Theodore Meyer Greene mengajukan definisi pendidikan
yang sangat umum. Menurutnya pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan
dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna. Alfred North Whitehead menyusun
definisi pendidikan yang menekankan segi ketrampilan menggunakan pengetahuan.[2]
Untuk itu, pengertian
pendidikan secara umum, yang kemudian dihubungkan dengan Islam -sebagai suatu
sistem keagamaan- menimbulkan pengertian pengertian baru yang secara implisit
menjelaskan karakteristik karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan
dengan seluruh totalitasnya, dalam konteks Islam inheren salam konotasi istilah
“tarbiyah”, “ta’lim” dan “ta’dib” yang harus dipahami
secara bersama-sama. Ketiga istilah itu mengandung makna yang amat dalam
menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya
dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah istilah itu sekaligus
menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam; informal, formal, dan nonformal.[3]
Ghozali melukiskan tujuan
pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan
pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang
tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa. Dengan ini pula keutamaan itu
akan merata dalam masyarakat.[4]
Hujair AH. Sanaky menyebut
istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam.
Menurutnya sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal,
yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Selain itu, sebenarnya konsep dasar
filosofis pendidikan Islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup multi
dimensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan
manusia, atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam
rangka membangun kehidupan dunia yang makmur, dinamis, harmonis dan lestari
sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam al Qur’an. Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang ideal, sebab visi dan misinya adalah “Rohmatan Lil ‘Alamin”,
yaitu untuk membangun kehidupan dunia yang yang makmur, demokratis, adil,
damai, taat hukum, dinamis, dan harmonis.[5]
Munzir Hitami berpendapat
bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun
dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan
lainnya. Bila dilihat dari ayat-ayat al Qur’an ataupun hadits yang
mengisyaratkan tujuan hidup manusia yang sekaligus menjadi tujuan pendidikan,
terdapat beberapa macam tujuan, termasuk tujuan yang bersifat teleologik itu
sebagai berbau mistik dan takhayul dapat dipahami karena mereka menganut konsep
konsep ontologi positivistik yang mendasar kebenaran hanya kepada empiris
sensual, yakni sesuatu yang teramati dan terukur.[6]
Qodri Azizy menyebutkan
batasan tentang definisi pendidikan agama Islam dalam dua hal, yaitu; a)
mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak
Islam; b) mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran Islam.
Sehingga pengertian pendidikan agama Islam merupakan usaha secara sadar dalam
memberikan bimbingan kepada anak didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran
Islam dan memberikan pelajaran dengan materi-materi tentang pengetahuan Islam.[7]
Sasaran strategis pendidikan Islam adalah
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai agama dan nilainilai ilmu pengetauan
secara mendalam dan luas dalam pribadi anak didik, sehingga akan terbentuk
dalam dirinya, sikap beriman dan bertakwa dengan kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan istilah lain sasaran pendidikan
Islam adalah mengintegrasikan iman dan takwa dengan ilmu pengetahuan dalam
pribadi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan
di akhirat.
Sasaran pendidikan menyangkut masalah
spikologis dan fisiologis. Oelh karena itu, pendidikan Islam tidak dapat
dilepaskan dari psikologi, terutama psikologi pendidikan. Dalam hubungannya
dengan proses menamakan nilai-nilai agama dan membimbing ke arah kehidupan
beragama, ilmu pendidikan Islam juga memerlukan peran psikologi agama, karena
psikologi agama mengkaji tentang tingkat-tingkat kemampuan anak dalam menerima
nilai-nilai agama beserta kepekaanny (sensitivitasnya) terhadap penerimaan
nilai-nilai tersebut.
Pendidikan islam perlu meiliki pandangan
yang sesuai dalam praktik dan memiliki kelenturan dalam teori-teori
kependidikan, ia juga merupakan eksperimentasi teori pendidikan Islam, yang
bertugas memfungsionalkan ide-ide kependidikan dalam proses pelaksanaan baik
dalam bentuk formal, seperti di sekolah maupun nonformal seperti di majlis
taklim, pondok pesantren, dan pendidikan keluarga.
Dengan demikian jelaslah bahwa fungsi ilmu
pendidikan Islam praktis mencakup tiga tugas, yaitu :
1.
Melakukan
pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam yang merangkum aspirasi atau
cita-cita Islam yang harus diikhtiarkan agar menjadi kenyataan.
2.
Memberikan
bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Islam tersebut.
Mekanisme proses kependidikan Islam dari segi
operasional dapat disamakan dengan proses mekanisme yang berasal dari
penerimaan input (bahan masukan),
lalu diproses dalam kegiatan pendidikan, kemudia berakhir pada output (hasil yang diharapkan). Dan
hasil yang diharapkan itu timbul umpan balik (feerback) yang mengoreksi bahan masukan (input). Mekanisme proses semacam ini berlangsing terus menerus
selama proses kependidikan terjadi. Semakin banyak diperoleh bahan masukan (input) dari pengalaman operasional itu,
semakin berkembang pula ilmu pendidikan Islam.
3.
Di samping itu
juga menjadi pengoreksi terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh
ilmu pendidikan Islam, sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktik
semakin dekat, dan hubungan antara keduanya maken bersifat interaktif (saling
mempengaruhi).
Sasaran pendidikan Islam secara teori
maupun praktik harus mampu memberikan pandangan yang tepat dan terarah tentang
kemungkinan-kemungkinan yang objektif dari proses pertumbuhan dan perembangan
manusia. Hal demikian menuntut ilmu pendidikan Islam baik teoretis maupun
praktis untuk menetapkan kaidah atau pedoman konsepsional dan operasional yang
dapat menunjukkan alternatif-alternatif dalam proses mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangannya menuju
ke arah kedewasaan individualitas (kemandirian pribadi), sosialitas (kemampuan
bermasyarakat), dan moralitas (kemampuan berakhlak susila).
Sejalan dengan misi agama Islam yang
bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk di alam ini, pendidikan Islam
mengidentifikasikan sasarannya pada empat pengembangan fungsi manusia, yaitu:3
1.
Menyadarkan
manusia sebagai makhluk individu, yaitu makhluk yang hidup di tengah
makhluk-makhluk lain, manusia harus bisa memerankan fungsi dan tanggung
jawabnya, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama
diantara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai khalifah di muka bumi.
Malaikat pun pernah bersujud kepadanya, karena manusia sedidikit lenih tinggi
kejadiannya dari malaikat, yang hanya terdiri dari unsur-unsur rohaniah, yaitu
“nur illahi”. Manusia adalah makhluk
yang terdiri dari perpaduan unsur-unsur rohani dan jasmani.
Firman Allah menunjukkan kedudukan manusia tersebut sebagai berikut :
71. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:
"Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadaNya".
Beban tanggung jawab terhadap dirinya dan
masyarakat sebagai konsekuensi kedudukannya dinyatakan oleh Allah dalam
firman-Nya:
15. Barangsiapa yang berbuat sesuai
dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan)
dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa
orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
2. Menyadarkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk (Homo sosius) manusia harus
mengadakan interrelasi dan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya
Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudara, gotong royong, dan musyawarah
sebagai upaya membentuk masyarakat menjadi suatu persekutuan hidup yang utuh.
Prinsip hidup bermasyarakat demikian dikehendaki oleh Allah dalam firman-Nya.
103. Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
10. Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
3.
Menyadarkan,
manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia sebagai Homo divinans (makhluk yang berketuhanan), sikap dan watak
religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan
mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah manusia telah diberi kemampuan untuk
beragama. Hal ini sebagaimana pendapat seorang sarjana Barat, C.G. Jung, yang
memandang kemampuan beragama sebagai naturaliter
religiosa (naluri beragama).
Firman Allah yang menyadarkan posisi
manusia sebagai hamba-Nya yang harus beribadah kepada-Nya antara lain:
102. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan
kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia;
dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.
103. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa
muslim yang bertaqwa secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan
dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya.
Sasaran strategis pendidikan Islam adalah
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai agama dan nilainilai ilmu pengetauan
secara mendalam dan luas dalam pribadi anak didik, sehingga akan terbentuk
dalam dirinya, sikap beriman dan bertakwa dengan kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan istilah lain sasaran pendidikan
Islam adalah mengintegrasikan iman dan takwa dengan ilmu pengetahuan dalam
pribadi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan
di akhirat.
Pendidikan Islam mengidentifikasikan
sasarannya pada empat pengembangan fungsi manusia, yaitu:
1.
Menyadarkan
manusia sebagai makhluk individu.
2.
Menyadarkan
fungsi manusia sebagai makhluk sosial.
3.
Menyadarkan,
manusia sebagai hamba Allah SWT
B.
Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa
makalah ini sangat sederhana dan jauh dari kesempuraan. Saran kritik yang
konstuktif sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah sehingga akan lebih
bernanfaat kontibusinya bagi hazanah keilmuan. Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
H.M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan
Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner). Jakarta: Bumi
Aksara
Arifin,
H.M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan
Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Multidisipliner). Jakarta: Bumi
Aksara
Daradjat,
Zakiah, Dr.dkk. 2004., Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi
Aksara
D. Marimba, Ahmad, Drs. 1962., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung
: Al-Ma’arif
[3] Azyumardi
Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, hal. 5
[5] Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam;
Membangun Masyarakat Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press dan MSI,
hal. 142
[7] Ahmad Qodri Azizy, Islam dan Permaslahan Sosial; Mencari
Jalan Keluar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 22
artikelnya bagus silahkan mampir juga di url saya darul madinah
ReplyDeletewww.darulmadinah.info